LIMA hari sebelumnya, ada panggilan tak terjawab di HP saya. Begitu melihat nomor yang masuk dari rekan yang biasanya mengurusi honor, saya tidak sabar untuk menelepon, karena saya berasumsi “pasti” masalah honor atau hal lain yang akan mengabarkan tentang rapat tahunan.
Ternyata meleset, setelah saling berbicara, rekan saya yang akrab dipanggil Adek di Bagian Tata Usaha Harian Analisa Medan, memberitahu rombongan adeknya yang berjumlah sekitar 15 orang untuk berkunjung jke Tapaktuan (baca Aceh Selatan).
Dia minta tolong, agar saya membantu mengurus tempat penginapan yang cocok dan sekaligus menginformasikan tentang objek wisata di daerah ini.
Tentu saya senang, selain karena rombongan saudara rekan sekantor tadi, juga karena untuk kemajuan daerah yang saya cintai.
Lantas, saya pun otomatis menjadi “guide” wisata mereka.
Rombongan itu pun saya pilihkan penginapan dengan view ke laut Hotel DR. Sesuai permintaan “kepala rombongan” Junaidi Matondang, (45), agar ketika bangun pun, langsung dapat menikmati pemandangan laut. Persis. Pagi-pagi sebelum “menjelajahi” beberapa objek wisata di Tapaktuan dan sekitarnya, mereka sudah disuguhkan dengan pemandangan laut yang indah, nuansa alam dengan sinar mentari pagi terpancar dari Gunung Putri Naga yang elok menambah keindahan panorama laut tadi.
Dia dan keluarganya pun, berdecak kagum dengan keindahan alam yang sesudut dari banyak keindahan lain yang dimiliki daerah “tuan tapa”, atau sebutan lain untuk Aceh Selatan “bumi pala” dan “bumi Teuku Cut Ali”.
Selama dua hari di Tapaktuan, dia dan rombongannya merasa sangat singkat atas kunjungannya itu.
“Kami akan datang lagi di suatu saat nanti untuk waktu yang lebih lama agar bisa menikmati lagi keindahan alam dan pemandangan di objek wisata,” kata Matondang warga Kota Medan.
Menurutnya, mengunjungi Aceh Selatan, sudah menjadi agendanya pada penutup tahun 2020 sekaligus memanfaatkan waktu libur panjang. Dia bersama keluarga tertarik ke Tapaktuan setelah mendengar cerita tentang kota “tua” yanc sudah berubah wajah atas pembangunan yang dilaksanakan pemerintah daerah.
Benar adanya, selain keluarga Matondang, banyak keluarga dan bahkan komunitas lain ingin membuktikan suguhan alam Aceh Selatan itu. Bagi yang sudah pernah traveler daerah ini, pasti berulang-ulang mengunjunginya.
Tahun ini pun, di akhir Nopember dan awal hingga Desember, tercatat ramai yang berkunjung ke Aceh Selatan. Buktinya, penginapan full oleh tamu dari berbagai kota.
“Akhir tahun ini, lebih banyak dari pertengahan tahun, kendati masih pandemi covid-19 tapi tamu meningkat,’ kata salah seorang menejer hotel yang mengaku, para tamu ingin menikmati akhir tahun di Tapaktuan.
Tulisan ringan ini tidak akan menguraikan satu demi satu objek yang ditawarkan untuk di “wisatakan”. Karena sudah lebih faham dan mengenal nama-nama objek wisata oleh calon pengunjung. Bisa lewat promosi resmi, via kawan grup WA dan lain-lain.
Penulis, hanya ingin membagi “suasana” bathin atas kunjungan teman sekerja saya yang telah menikmati suguhan alam Aceh Selatan. Ternyata, fantastis dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Karenanya, silakan datang saja, berombongan, komunitas, keluarga dan lain-lain untuk menikmati keindahan alam dan objek wisata yang dimiliki Tapaktuan.***.